Selasa, 10 April 2012

LAPORAN DEODORAN DAN ANTIPERSPIRANT


 
BAB I
DASAR TEORI

Dasar teori
Antiperspirant adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud mempersempit pori sehingga mengurangi keluarnya keringat. Deodorant adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat dan mengurangi bau badan.
Meningkatnya penggunaan antiperspirant dan deodorant disebabkan pergaulan modern, sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau menghilangkan bau badan, yang disebabkan perubahan kimia keringat oleh bakteri. Perkembangannya tidak disangsikan lagi setelah disajikan bentuk deodorant aerosol, yang penggunaannya mudah cepat mengering dikulit.
Deodorant dan antiperspirant merupakan sediaan kosmetik yang bertujuan untuk menghilangkan bau badan dan mengurangi keringat. Pada hasil riset, setiap hari orang akann mengeluarkan air sebanyak 650-750 cc melalui transpirasi kulit. Air yang keluar melalui kulit ini akan menguap dan meninggalkan  sisa-sisa lemak dikulit sehingga mudah sekali bakteri berkembang biak dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Oleh karena itu dalam membuat deodorant harus memenuhi syarat sebagai barikut     :
·         Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara
·         Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi  pada kulit
·         Dapat membunuh atau mengrangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan
·         Tidak beracun
Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat berupa       :
·         Pewangi atau parfum
·         Pembunuh mikroba : berupa antiseptic seperti heksaklofofen, triklosan, sirih atau berupa antibiotic topical seperti neomisin
·         Eliminasi bau: senyawa yang dapat mengikat, menyerap atau merusak struktur bahan kimia bau menjadi struktur yang tidak bau, misalnya risinoleat
Bahan aktif yang digunakan dalam antiperspirant dapat berupa : penyumbat saluran keringat, penekan produksi keringat seperti senyawa aluminium.

KELENJAR KERINGAT DAN FUNGSINYA
Kelenjar Sekresi
Kelenjar yang menghasilkan keringat adalah kelenjar apokrin dan ekrin, keduanya mempunyai beberapa perbedaan:
1.      Kelenjar ekrin adalah kelenjar tubular, yang mempunyai saluran sekresi yang langsung ke permukaan kulit. Kelenjar apokrin strukturnya  mirip dengan kelenjar ekrin tetapi ukurannya lebih besar dan pembuluh sekresinya berakhir pada folikel rambut.
2.      Jumlah dan distribusi kedua kelenjar tersebut juga berada. Kelenjar ekrin praktis terdapat hamper diseluruh permukaan kulit kecuali bibir dan alat genital. Diperkirakan jumlahnya lebih dari dua juta kelenjar terutama pada kulit telapak tangan, kaki dan kepala. Kelenjar apokrin terdapat di ketiak, sekitar puting sus, daerah anal dan genital. Perbedaan lain kedua kelenjar ini meliputi fungsi, jumlah dan susunan kimia sekresinya.
3.      Kelenjar ekrin sudah ada sejak lahir, berfungsi mengatur suhu tubuh. Jika suhu kamar naik, keringat akan keluar,suhu badan akan kembali normal akibat penguapan keringat tersebut. Pada orang sehat kejadian ini berlangsung secara otomatis. Kelenjar ekrin berfungsi melengkapi ginjal.
Kelenjar apokrin dianggap mempunyai sifat seksual sekunder. Meskipun telah ada sejak lahir, tapi perkembang lambat padaa masa anak-anak, mulai berfungsi setelah meningkat remaja. Perkeembangannya lebih cepat wanita daripada pria, danaktifitasnya mencapai puncak jika kehidupan seks telah matang, kemudian menurun setelah menopause (putus haid).
4.      Kelenjar ekrin dianggap berperan kontinyu, sedangkan kelenjar apokrin makin lama perannya makin lambat.
 
Bau badan dan pengontrolannya
            Bau keringat tidak hanya berbeda dalam perbedaan individu, juga berbeda pada beberapa daerah permukaan kulit pada individu yang sama. Bau keringat yang lebih nyata terutama di daerah ketiak dan bagian genetalia disbanding dngan daerah kulit yang lain, karena ditempat tersebut kelenjar apokrin.
            Keringat apokrin mengandung sejumlah besar lipid yang dapat menghasilkan baud an bahan proteinseus yangmencapai permukaan kulit dan dirusak oleh bakteri. Hasil peruraian ini yang menyebabkan bau ketak atau bau badan yang tidak enak. Bakteri dan jamur akan berperan pada pH sekresi apokrin yang netral atau agak alkali.
            Killian dan Panzarella menunjukkan bahwa bakteri merupakan unsure penting dalam menghasilkan bau keringat, bakteri tidak dapat berkembang dalam sedimen keringat yang steril dan tidak larut.
            Jika untuk mengilangkan bau badan dengn penggunaan air dan sabun kurang efektif, dapat dicoba cara lain. Bau badan tersebt dapat dikurangi atau ditekan dengn menggunakan sediaan topical yang mengandung antiseptikum dengan kadar tertentu yangdioleskan pada bagian tertentu, sehungga jasad renik penyebab dapat dimatikan, pertumbuhan dan aktivitas biologinya. Jika penggunaan antiseptikum belum juga dapat menghilangkan bau trsebut, dapat dicoba dengan menggunakan antibakteri.
            Penggunaan germisida, misalnya heksaklorofen dalam sabun deodorant, agar meninggalkan bau sedap diperlukan parfum kadar tinggi. Untuk mengontrol bau badan ditempuh dua jalan berikut :
1.      Penggunaan sediaan topical yang mengandung antiseptikum yang cocok, untuk mencegah peruraian keringat oleh bakteri misalnya dengan menggunakan deodorant.
2.      Penggunaan sediaan topical yang mengandung adstringen yang cocokuntuk mengurangi keluarnya keringat, misalnya dengan menggunakan antiperspirant.
sekarang telah diformulasikan sediaan yang merupakan gabungan antara deodorant dengan
antiperspirant.

Penggunaan senyawa antibakteri dalam deodorant
           Senyawa antibakteri yang saat inibanyak digunakan dalam deodorant adalah heksaklorofen. Bitionol dan bisfenol sudah tidak digunakan lagi karena dapat menyebabkan fotosensitasi. Penggunaan heksaklorofen dalam sediaan deodorant jarangmenyebabkan iritasi kulit, tetapi mempunyai aktivitas terhadap bakteri klora, walaupun lukit tersebut sudah dicuci. Bisfenol dapat mencegah penggandaan baktei baru pada kulit. Penggunaan secara teratur sabun obat yang mengandung heksaklorofen akan mengurangi bakteri flora selama 18-24 jam tetapi penggunaan heksaklorofen sudah berkurang. Senyawa lain yang sering digunakan dalam deodorant adalah tetrametil tiurandisulfide (TMTD). Menurut pendapat Vinson lebih baik daripada heksaklorofen dan bitionol dalam mengurangi bakteri flora pada kulit. Keburukan sediaan yang mengandung TMTD pada penyimpanan menjadi berbau, karena terjadi peruraian pada TMTD.
           Antibiotikum, misalnya neomisin, mempunyai daya penetrasi yang baik, dan tidak mengiritasi kulit, sering digunkan pada deodorant.

Mekanisme kerja antiperspirant
           Penggunaan sediaan topical yang cocok untuk mengurangi keluarnya keringat berdasarkan pengurangan jumlah keringat, perubahan serangan bakteri sehingga bau badan dapatdicegah. Penggunaan garam aluminium saja dapat dianggap mempunyai efek antibakteri karena menghasilkan pH asam dari proses hidrolisis. Kulit dengan pH asam dianggap merupakan pertahanan natural terhadap infeksi bakteri dan jamur. Sediaan antiperspiran harus berdasarkan hidrolisa garam logam, karena mempunyai efekmenghambat bakteri kulit. Pengamatan terhadap efek aluminium sulfat, aluminium klorhidroksida, dan dapar aluminium klorida dengan urea 5%, ternyata mempunyai efek bakterisida dan bakteriostatik yang sangat kuat. Efek deodorant garam aluminium terjadi dengan dua cara :
1.      Aktivitas hambat bakteri yang disebabkan pH yang relative rendah.
2.      Netralisasi bau dengan kombinasi kimia.
Penggunaan aluminium klorida atau krim topical yang mengandung aluminium klorida dan surfaktan dapat mengurangi keluarnya keringat dan bau ketiak. Antiperspirant yang mengandung garam aluminium mempunyai aktivitas tidak langsung pada kelenjar keringat, atau memblokade pori dengan koagulasi protein oleh ion polivalen sehingga mengurangi keluarnya keringat. Disamping itu antiperspirant dapat menyebabkan reaksi inflamasi disekitar lapisan pembuluh dan lubang keringat dan adanya kontraksi dapat mengurangi keluarnya kringat ke permukaan kulit.
Garm aluminium dapat mengakibatkan keratinisasi abnormal sehingga terjadi blockade pada muara kelenjar keringat sehingga aliran keringat terhambat. Aktivitas antiperspirant diuji berdasarkan histology dengan menggunakan garam aliminium, AlCl3, ternyata dapat mengubah pembuluh epidermal sehingga menyebabkan sebagian besar keringat tertumpah ke sekitar jaringan. Aluminium klorida dapat menyebabkan anindrosis dengn mengubah permeabilitas atau fungsi resobsi pembuluh ekrin bagian epidermal. Aktivitas garam aluminium dalam antiperspirant belum seluruhnya jelas, adstringen garam alumiuim mempunyai efek antiperspirant, jika digunakan dalam kadar cukup tinggi misalnya tidak kurang dari 15%.

Ø  Zat tambahan
1.      Alcohol
·   Nama lain        : ethanol 96%, ethil alcohol
·   Berat molekul  : 46,07
·   Rumus empiris: C2H6O
·   Fungsi             : antimikroba (≥10%)
·   Kelarutan        : tidak larut dengan kloroform, ether,glyserin, dan air
·   OTT                 : alkali, garam organik

2.      Lilin putih
·   Nama lain        : cera alba
·   Fungsi             : emulgator
·   Pemerian         : tidak berasa, berwarna putih atau berwarna kekunung-kuningan
·   Kelarutan        : larut dalam kloroform,ether, campuran minyak, minyak yang mudah menguap,sukar larut dalam erhanol95%, praktis tidak larut dalam air
·   OTT                 : zat pengoksidasi

3.      Nipagin
·   Nama lain        : metil paraben
·   Rumus empiris: C8H8O3
·   Berat molekul  : 152,15
·    Fungsi            : anti mikroba (0,02-0,3%)
·   Pemerian         : berbentik Kristal tidak berwarna atau Kristal putih
·   Kelarutan        : air 1:400,1:50 pada 500C, ethanol 1:2
·   OTT                 : surfaktan nonionic, logam, talk, tragakan,dan lain-lain

4.      Propilenglikol
·   Nama lain        : metal etilen glikol
·   Rumus molekul: C3H8O2­
·   Berat molekul  : 76,09
·   Fungsi             : solvent atau cosolvent (5-80%)
·   Pemerian         : jernih, tidak berwarna, kental
·   Kelarutan        : tidak larut dalam aseton, kloroform,etanol95%,
·   OTT                 : pereaksi pengoksidasi seperti potassium permanganate

5.      Sodium lauryl sulfate
·   Sinonim           : Natrii lauryl sulphate
·   Rumus molekul: C12 H25 NaO 4
·   Berat molekul : 288.38
·   Pemerian         : serbuk putih, atau cream sampai Kristal kuning
·   Fungsi                         : surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%), detergen pada shampoo (≈10%)
·   pH                   : 7.0-9,5
·   kelarutan         : sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroforom
·   OTT                 : garam alkaloid, dan mengendap dengan garam potassium.

6.      Boraks
·   Sinonim           : natrii tetraboraks
·   Rumus molekul: NaB4O7.10H2O
·   Berat molekul  : 381,37
·   Pemerian         : hablur transparent tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan basa. Dalam udara kering merapuh.
·   Kelarutan        : larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P, praktis tidak larut dalam ethanol (95%)P
·   Fungsi             : antiseptikum eksternal

7.      Aluminium  kalium sulfat
·   Sinonim           : tawas
·   Rumus molekul: Kal (SO4)2.12H2O
·   Berat molekul  : 474,39
·   Pemerian         : masa hablur atau butiran hablur tidak berwarna, transparan rasa manis dan sepat
·   Kelarutan        : sangat mudah larut dalam air mendidih, mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam ethanol (95%)P, mudah larut dalam glisrol P
·   Fungsi             : adstringen

8.      Oleum ricini
·   Sinonim           : minyak jarak
·   Pemerian         : cairan kental, kuning pucat atau hamper tidak berwarna, bau lemah, rasa manis kemudian agak pedas, umumnya memualkan
·   Kelarutan        : larut dalam 2,5 bagian etanol (90%)P, mudah larut dalam etanol mutlak P dan dalam asam asetat glacial P
·   Bobot per ml   : 0,953 sampai 0,964 g
·   Indeks bias      : 1,477 sampai 1,481
·   Bilangan asam tidak lebih dari 2,0
·   Bilangan asetil tidak lebih dari 140 bilangan iodium 62 sampai 90
·   Bilangan penyabunan 177 sampai 187

BAB II
MATERI DAN METODE

Alat dan Bahan
*      Alat
1.      Alu
2.      Lumpang
3.      Beaker glass
4.      Gelas ukur
5.      Cawan porselen
6.      Waterbath
7.      Timbagan
8.      Spatula

*      Bahan
Alumunium klorida     12 gram
Alumunium sulfat       2 gram
Boraks                         0,5 gram
Nipagin                       0,225 gram
Parfum                                    qs
Oleum ricini                3,75 gram
Na laurel sulfat            5 gram
Gliserin                        2,5 gram         
Air                               secukupnya

Formulasi
1.      Formulasi deodorant cair (Formula 1, Kelompok 1 dan 2)
Alumunium klorida           9%
Alumunium sulfat             4%
Boraks                               1%
Nipagin                             0,25%
Parfum                              qs         
Air             ad                    100%

2.      Formula larutan deodorant (Formula 1, Kelompok 3 dan 4)
Alumunium kalium sulfat             20%
Propilenglikol                                5%
Alkohol                                         1%
Germisida                                     0,2%
Parfum                                          qs
Air             ad                                100%

3.      Formula lotion antiperspirant (Formula 1, Kelompok 5 dan 6)
Alumunium klorida                       10%
Toilet spirit (Etanol)                      45%
Propilenglikol                                2,5%
Nipagin                                         0,01%
Parfum                                          qs
Air             ad                                100%

4.      Formula cream deodorant (Formula 2, Kelompok 1,2,3,4,5, dan 6)
Oleum ricini                                  7,5%
Na laurel sulfat                             10%
Gliserin                                         5%
Alumunium klorida                       15%
Nipagin                                         0,2%
Parfum                                          qs
Air             ad                                100%

·         Untuk kelompok 4,5, dan 6, ditambahkan Lilin Putih 1%.
·         Sediaan dibuat dalam volume 50 ml.


Cara Pembuatan
*      Formula 1 ( formula deodorant cair )
1.      Disiapkan alat dan timbang bahan yang akan digunakan.
2.       Alumunium klorida dan alumunium sulfat dilarutkan dengan air secukupnya.
3.      Setelah dilarutkan, ditambahkan boraks dan nipagin dan diaduk hingga homogen.
4.      Lalu, ditambahkan sisa air, parfum dan diaduk sampai homogen.
5.      Dimasukkan kedalam wadah dan diberi tanda/label.

*      Formula 2 ( formula cream deodorant )
1.      Disiapkan alat dan ditimbang bahan yang akan digunakan.
2.      Oleum ricini dipanaskan pada waterbath dengan suhu 70ºC ( fase minyak ).
3.      Untuk fase air, Na lauril sulfat, gliserin dan nipagin dipanaskan diatas waterbath dengan suhu 70ºC.
4.      Lalu, fase air dilebur bersama fase minyak didalam lumpang yang telah dipanaskan.
5.      Setelah menjadi basis, alumunium klorida dimasukkan kedalam basis ( sebelumnya AlCl3 digerus agar halus ).
6.      Setelah dicampur, ditunggu hingga suhu basis turun menjadi 35ºC lalu ditambahkan parfum.
7.      Dimasukkan kedalam wadah dan diberi label/etiket.

BAB III
DATA PENGAMATAN

Tabel pengamatan sediaan Deodorant dan Antiperspirant
Organoleptis
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Formula 1
Formula 2
Formula 1
Formula 2
Formula 1
Formula 2
Warna
Bening
Putih Susu
Bening
Putih Susu
ungu
Putih susu
Bau
Harum
Harum
Harum
Harum
Harum
Harum
Homogenitas
Kurang Homogen
Kurang Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
pH
3
2
3
2
3
3
Viskositas
Cair
Encer
Cair
Encer
Cair
Encer
Kestabilan setelah penyimpanan
Stabil
Terjadi pemisahan menjadi 2 lapisan (creaming)
Stabil
Terjadi pemisahan menjadi 2 lapisan (creaming)
Timbul endapan yang membatu
Terjadi pemisahan menjadi 2 lapisan (creaming)