Rabu, 28 Maret 2012

LAPORAN KOSMETOLOGI - FORMULASI SHAMPO


BAB I
PENDAHULUAN

I.1       Latar Belakang

Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapat mungkin menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau.  Dan merupakan produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain dari rambut..
Kata shampoo berasal dari bahasa Hindi champo, bentuk imperatif dari champna, "memijat". Di Indonesia dulu shampoo dibuat dari merang yang dibakar menjadi abu dan dicampur dengan air.
Shampoo adalah suatu zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih, indah dan mudah ditata.
Shampoo banyak jenis dan typenya, formulanya dan klasifikasi preparat seperti liquid, krim, pasta, shampoo anti dandruff, shampoo untuk anak-anak dan sebagainya.
Sebuah formulasi shampoo yang baik mempunyai kemampuan khusus yang dapat meminimalisasi iritasi mata, mengontrol ketombe (dandruff) serta dapat memperbaiki struktur rambut secara keseluruhan.
Preparat shmapo harus meninggalkan kesan harum pada rambbut, lembut dan mudah diatur, memiliki performance yang baik (warna dan viskositas yang baik) harga yang murah dan terjangkau. Secara spesifik suatu shampoo harus:
1.      Mudah larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan
2.      Memiliki daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak dari kulit kepala
3.      Menjadikan rambut halus, lembut serta mudah disisir
4.      Cepat bebusa dan mudah dibilas serta tidak menimbulkan iritasi jika kontak dengan mata
5.      Memiliki pH yang baik netral maupun sedikit basa
6.      Tidak iritasi pada tangan dan kulit kepala
7.      Memiliki performa yang baik
Antidandruff shampoo merupakan shampooyang ditujukan untuk mengontrol sel kulit mati dikulit kepala, formulasinya hamper sama seperti shampoo lain tetapi ditambahkan bahan aktif seperti senium sulfide, zinc pirythion, sulfur.


I.2       Tujuan Percobaan

1.      Mengetahui cara membuat sediaan shampoo yang aman dan nyaman digunakan
2.      Mengetahui metode-metode krim yang tepat
3.      Mampu mengevaluasi sediaan shampo



BAB II
LANDASAN TEORI

II.1     Shampo

Rambut memang mahkota bagi semua orang dan bisa dianggap sebagai bingkai untuk wajah anda. Karena keindahan rambut sangat bisa menunjang kecantikan dan keseluruhan penampilan anda.
Mencuci rambut memang persoalan mudah tetapi mungkin anda mengalami kesulitan saat memilih jenis shampo yang cocok untuk diri anda sendiri. Karena memang banyak sekali produsen shampo menawarkan kepada anda..
Shampoo, bila dicampur dengan air, dapat melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut. Setelah mencuci rambut dengan shampoo, biasanya digunakan produk conditioner agar rambut mudah ditata kembali.
Shampoo untuk bayi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak perih di mata. Shampoo untuk binatang juga dapat mengandung insektisida untuk membunuh kutu. Beberapa shampoo manusia tidak dapat digunakan untuk binatang karena mengandung seng (misalnya shampoo anti ketombe). Logam ini tidak beracun bagi manusia, namun berbahaya bagi binatang.
Selain itu terdapat juga shampoo dalam bentuk padat, yang lebih ringkas dan mudah dibawa namun kurang praktis untuk rambut panjang.
Pada awalnya shampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber alam, seperti sari biji rerak, sari daging kelapa, sari abu merang ( sekam padi ).  Shampo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan shampo yang dibuat dari detergen. 
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas, shampo harus memiliki sifat sebagai berikut :
1.      Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2.      Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.
3.      Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi shampo.  Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetik.
4.       Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
5.      Shampo harus tetap stabil.  Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam penyimpanan.  Viskosita dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan kedalamnya.
 Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampo memiliki sifat fisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang dikehendaki untuk shampo.  Umumnya, detergen dapat melarutkan  lemak dan daya pembersihnya kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak rambut dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi kusut, menyebabkan sukar diatur.
Sifat detergen yang terutama dikehendaki untuk shampo adalah kemampuan membangkitkan busa.  Jenis detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama laurilsulfat, juga alkohol monohidrat dengan rantai C10 – 18.  Sifat detergen ini tergantung pada panjang rantai alkohol lemak yang digunakan.  Homolog rendah seperti C12 ( lauril ) dan C14 ( miristil ) memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan homolog yang lebih tinggi seperti C16 ( palmitil ) dan C18 ( stearil ) dalam hal memberikan busa dan basah dengan sifat pembersih yang baik, meskipun suhu rendah.  Detergen alkilsulfat yang dibuat dari alkohol lemak, kelarutannya menurun  dengan meningkatnya homolog rantai karbonnya, sehingga shampo yang dibuat dari detergen alkilsulfat dengan atom C16-18 tidak dapat disimpan pada suhu rendah.  Kelarutan detergen alkilsulfat dalam air berkurang, sehingga tidak begitu berbusa, lagipula detergen ini dipengaruhi oleh efek air sadah.
Detergen alkilsulfat dengan alkohol lemak dengan rantai karbon kurang dari 10 seperti C8 ( kaprilil ) dan C10 ( kapril ) lebih condong menunjukkan sifat iritasi.
Detergen alkilsulfat dengan rantai karbon 12 – 14 adalah noniritan, memberikan cukup busa pada suhu kamar, dan tidak mudah rusak dalam penyimpanan.
Trietanolamina ( TEA ) laurilsulfat dianggap paling luas dapat diterima untuk digunakan dalam pembuatan shampo, disamping itu dalam penyimpanan tetap stabil.  Amonium alkilsulfat, meskipun memiliki keaktifan pembersih yang sedang, tetapi jarang digunakan untuk pembuatan shampo, karena suhu padatnya tinggi.  Biasanya senyawa ini digunakan sebagai campuran detergen seperti nampak pada amonium monoetanolamina atau amonium trietanolamina alkilsulfat.  Shampo dengan formulasi tersebut memiliki pembersih dan pembusa yang baik, rambut yang dikeramas dengan shampo ini masih mudah diatur.
Di samping itu detergen yang digunakan untuk pembuatan shampo, harus memiliki sifat berikut :
1.      Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa tertentu.
2.      Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan baik.
3.      Warnanya tidak boleh menyolok.

Zat tambahan shampo
Untuk memperbaiki sifat detergen yang menunjukkan pengaruh jelek terhadap rambut, perlu ditambahkan zat tambahan shampo dalam formulasi shampo.
1.      Alkolobromida asam lemak
Digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa dan memperbaiki viskosita.  Zat ini merupakan hasil kondensasi asam lemak dengan monoetanolamina ( MEA ), dietanolamina ( DEA ), atau isopropanolamina yang sesuai.
2.      Lemak bulu domba, lanolin atau salah satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan asetogliserida
Digunakan untuk maksud memperbaiki efek condisioner detergen dasar shampo yang digunakan, sehingga rambut yang dikeramasshampokan akan mudah diatur dan memberikan penampilan rambut yang serasi.
3.      Asam amino
Terutama asam amino essensial, digunakan sebagai zat tambahan shampo dengan harapan, setelah rambut dikeramas-shampokan, zat ini akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan rambut, dan berfungsi sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat higroskopik yang akan memperbaiki kelembaban rambut.
4.      Zat tambahan shampo lain
Terdiri dari berbagai jenis zat, umunya diharapkan untuk menimbulkan efek terhadap pembentukan dan stabilisasi busa ; meliputi zat golongan glikol, provinilpirolidon, karboksimetilselulosa, dan silikon cair, terutama yang kadarnya lebih kurang 4%.

Jenis-jenis shampo
1.      Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.
2.      Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental.  Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo strawberry.
3.      Shampo krim atau pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kuat.  Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagai pengental.  Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.
4.      Shampo larutan
Merupakan larutan jernih.  Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini meliputi viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam fenilraksa; kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah.  Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi umumnya berkadar 0,5 %.

II.2     Zat Tambahan

1.      Sodium lauryl sulfate
v  Sinonim           : Natrii lauryl sulphate
v  Rumus molekul : C12 H25 NaO 4
v  Berat molekul  : 288.38
v  Pemerian         : serbuk putih, atau cream sampai Kristal kuning
v  Fungsi                         : surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%), detergen pada             shampoo (≈10%)
v  pH                   : 7.0-9,5
v  kelarutan         : sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroforom
v  OTT                 : garam alkaloid, dan mengendap dengan garam potassium.
2.      Oleic acid
v  Sinonim           : asam oleat
v  Rumus molekul           : C18 H­34O2
v  Berat molekul : 282,47
v  Fungsi                         : emulsifying agent
v  Kelarutan        : sangat larut dalam benzene, kloroforom, ethanol 95%, eter, heksan,praktis tidak larut dalam air
v  OTT                 : aluminium, kalsium, logam berat, larutan iodine,, asam perklorat, dan zat pengoksidasi
3.      Triethanolamin
v  Sinonim           : TEA
v  Rumus molekul : C6H15NO­3
v  Berat molekul : 149,19
v  Fungsi                         : emulsifying agent
v  pH                   : 10,5
v  Kelarutan        : tidak larut dalam aceton, etanol, methanol, dan air, benzene 1 in 24, larut  dalam kloroform.
v  OTT                 : asam mineral, asam lemak, copper, tionyl klorida
4.      Methyl paraben
v  Sinonim           : nipagin
v  Rumus molekul : C8H8O3
v  Berat molekul : 153,13
v  Fungsi                         : antimikroba( topical 0,02-0,3%)
v  Pemerian         : serbuk berwarna putih,  tidak berwarna, serbuk Kristal
v  Kelarutan        : sangat larut dalam aseton,etanol 1 in 2, etanol 95% 1 in 3, eter 1 in 10 air 1 in 400
v  OTT                 : surfaktan nonionic
5.      Sulfur
v  Sinonim          : belerang
v  Pemerian         : tidak berbau,, tidak berasa, serbul lembek, bebs butiran, kuning keabuan pucat atau kuning kehijeuan pucat.
v  Kelarutan        ; praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbondisulfida P, sukar larut dalam minyak zaitun,sangat sukar larut dalam etanol 955
v  Khasiat           : antiskabies
6.      Acidium salicycum
v  Sinonim           : asam salisilat
v  Pemerian         : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam
v  Kelarutan        : larut dalam 550 bagian air, dan dalam 4 bagian etanol 955, mudah larut dalam kloroform, dan dalam eter, larut dalam larutan ammonium asetat,
v  Fungsi                         :  keratolitikum
7.      Steararic acid
v  Sinonim          : asam stearat
v  Rumus molekul : C 15H36O2
v  Berat molekul             : 284,47
v  Fungsi                         : emulsifying agent 91-20%)
v  Pemerian         : keras, putih,,  Kristal putih, atau putih kekuningan, serbuk.
v  Kelarutan        : sangat larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter, larut dalam etanol, heksan dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air
v  OTT                : logam hidroksida dan zat pengoksidasi
8.      White wax
v  Sinonim           : lilin putih
v  Fungsi             : emulsifying agent
v  Kelarutan        : larut dalam kloroform, eter,fixed oil, minyak yang mudah menguap, dan karbon disulfide, praktis tidak larut dalam air
v  OTT                 : zat pengoksidasi
9.      Cetyl alcohol
v  Sinonim : cetil alcohol
v  Rumus molekul : C 16H34O
v  Berat molekul : 242,44
v  Fungsi : coating agent, emulsifying agent
v  OTT : zat pengoksidasi kuat



BAB III
MATERI DAN METODE

III.1    Alat
1.      Erlenmeyer
2.      Cawan porselen
3.      Beker glass
4.      Mortir
5.      Lumpang
6.      Penangas
7.      Spatula

III.2    Bahan
1.      Asam salisilat              3%
2.      Natrium lauryl sulfat   30%
3.      Asam oleat                  20%
4.      Trietanolamin              10%
5.      Nipagin                       0,2%
6.      Parfum                                    qs
7.      Aquadest                     ad 50 gram

III.3    Prosedur Kerja
1.      Asam oleat, Na lauryl sulfat dan aquadest dipanaskan diatas waterbath hingga 60º C
2.      Ditambahkan TEA perlahan – lahan sambil diaduk.
3.      Dimasukkan kedalam botol dan dibiarkan dingin.
4.      Ditambahkan parfum pada suhu 350C

 
BAB IV
DATA DAN HASIL PENGAMATAN

I.1       Formula

Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
Na Lauryl sulfat 40%
Asam salisilat 3%
Sulfur 2%
Sulfur 2%
Lilin putih 15%
Lilin putih 10%
Asam oleat 20%
Na lauryl sulfat 30%
Na lauryl sulfat 25%
Na lauryl sulfat 30%
Adeps lanae 5%
Adeps lanae 10%
TEA 10%
asam oleat 20%
Asam stearat 7%
Asam stearat 7%
Cetil alcohol 5%
Cetil alcohol 8%
Nipagin  0,2%
TEA 10%
NaOH 1%
NaOH 1%
Na lauryl sulfat 10%
Na lauryl sulfat 10%
Parfum
Nipagin 0,2%
Nipagin 0,3%
Nipagin 0,3%
Parfum
Parfum
Aquadest ad 50 gr
Parfum
Parfum
Parfum
Nipagin 0,2%
Nipagin 0,2%

Aquadest ad 50 gr
Aquadest ad 50gr
Aquadest ad 50gr
Aquadest ad 50gr
Aquadest ad 50gr

IV.2    Hasil Pengamatan
Formula/evaluasi
1
2
3
4
5
6
viskositas
kental
kental
Kental
kental
encer
encer
pH
9
8
9
10
6,5
7
homogenitas
homogen
homogen
homogen
homogen
homogen
homogen
Karakteristik produk
Wangi, putih
Wangi, putih
Wangi, putih
Wangi, putih
Wangi, putih
Wangi, putih
Pembentukan busa
Terbentuk banyak busa
Terbentuk banyak busa
Terbentuk banyak busa
Terbentuk banyak busa
Terbentuk banyak busa
Terbentuk banyak busa


BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami mebuat sediaan sampo, sampo merupakan salah satu hair care, yang banyak digunakan oleh masyarakat luas. Sampo adalah suatu sediaan yag terdiri dari surfactan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan bahan tambahan lainnya. Sampo mempunyai fungsi untuk membersihkan kotora yang ada di kulit kepala.
Praktikum kali ini dicobakan 3 formula sampo dalam bentuk sediaan yang berbeda yaitu cream sampo, liquid sampo dan conditioner. Formula yang pertama terdiri dari asam salisilat sebagai zat aktif yang mempunyai khasiat sebagai keratolitik dan biasa digunakan dalam sampo anti ketombe. Dalam formulasi ini digunakan asam salisilat sebesar 3%, asam salisilat. Formula yang dikerjakan oleh kelompok 1 dan 2 dibedakan dalam hal konsentrasi natrium lauril sulfat yang digunakan, untuk kelompok 1 konsentrasi natrium lauril sulfat  sebesar 20%, sedangkan kelompok 2 sebesar 30%. Natrium lauril sulfat merupakan surfactan anionic yang biasa digunakan dalam body care maupun hair care, selain sebagai surfactan Na lauril sulfat pun dapat digunakan sebagai pembentuk busa. Surfactan ini berfungsi untuk mengangkat kotoran yang ada di kulit. Di beberapa negara eropa, Na lauril sulfat ini sudah dimodifikasi menjadi bentuk Na laureth ester sulfat yang tingkat iritasi kulitnya lebih rendah. Asam oleat yang digunakan dalam formulasi merupakan fase minyak yang berfungsi sebagai zat pengemulsi, begitu pula dengan TEA (trietanolamin) yang merupakan zat pengemulsi yang larut air (fase air), kedua sediaan ini yang berperan dalam pembentukan cream sampo ini. Pengawet yang digunakan dalam sediaan ini adalah nipagin atau metil paraben, yang merupakan pengawet larut air. Pengawet ini biasa digunakan dalam sediaan farmasi oral maupun topikal, namun untuk sediaan sampo yang menggunakan surfactan base seperti pada sediaan ini nipagin kurang efectiv digunakan karena dalam periode beberapa bulan saja sediaan akan berjamur. Sediaan ini pun merupakan cream W/O, sehingga nipagin ini kurang efectiv.
Hasil dari formula ini menghasilkan sediaan cream sampo yang memiliki pH sekitar 7-8 dengan kehomogenitasan yang baik, dan busa yang terbentuk cukup banyak dan tahan lama, viskositas sediaan juga sangat baik. Perbedaan sediaan antara hasil formula kelompok 1 dan 2 adalah masalah pH, untuk formula pertama dengan konsentrasi Na lauril sulfat sebanyak 25% memilki pH sekitar 7 dan busa yang dihasilkan lebih sedikit, sedangkan formula 2 dengan konsentrasi Na lauril sulfat 30%, pH nya sekitar 8 dan busa yang dihasilkan lebih banyak, karena dengan kadar Na lauril sulfat yang tinggi akan meningkatkan kebasaan dari sediaan dan Na lauril sulfat juga sebagai pembentuk busa, maka dengan tingginya kadar Na lauril sulfat busa yang terbentuk juga lebih banyak. Hanya saja sediaan cream sampo ini jarang ditemui di pasaran dan kurang praktis digunakan. Efek setelah penggunaan cream sampo ini adalah berminyak/lengket pada rambut sehingga kurang menyenangkan untuk digunakan, selain itu sediaan ini kurang praktis dalam penggunaannya.
Formula yang kedua adalah liquid sampo yang terdiri dari sulfur sebagai antidandruff. Sulfur yang digunakan adalah sebesar 2% . Pada formula ini juga digunakan Na lauril sulfat sebagai surfactan dan foam booster (pembentuk busa), dan asam stearat sebagai zat pengemulsi. NaOH yang digunakan berfungsi sebagai viscosity modifier, jadi NaOH ini akan memperbaiki struktur polimer sehingga viskositas dari sampo menjadi lebih baik. Hasil dari formula ini kurang baik dengan pH basa yaitu sekitar 10 dan sulfur tidak bercampur dengan baik dalam sediaan tersebut, sehingga kehomogenitasan dari sediaan ini sangat kurang. Bau dari sulfur sendiri kurang menyenangkan sehingga sediaan mempunyai bau yang kurang baik meskipun telah ditambahkan parfum. Nipagin pun kurang cocok dalam formula ini karena sediaan ini merupakan sampo basis surfactan.
Formula yang ketiga adalah formula conditioner, perbedaan antara conditioner dan sampo adalah, conditioner mempunyai viscositas yang lebih tinggi dan tidak menghasilkan busa yang banyak seperti sampo, dan pH cenderung netral hingga sedikit asam. Untuk menambah viskositas dari sediaan sampo sehingga menjadi conditioner biasanya ditambahkan wax, wax yang ditambahkan pada formulasi ini adalah lilin putih dan adeps lanae. Surfactan yang digunakan sama seperti formula lainnya yaitu Na lauril sulfat, pada formula ini digunakan cetil alkohol sebagai zat pengemulsi dan cetyl alkohol ini larut dalam air. Pada formula ini juga digunakan propilenglikol segai humectan dan peningkat penetrasi sediaan. Nipagin pun kurang efectiv jika digunakan dalam sediaa ini kecuali jika dikombinasikan dengan pengawet lainnya.
Perbedaan antara formula 3 kelompok 6 (a) dan 7 (b) adalah dalam hal konsentrasi lilin putih, adeps lanae, cetyl alkohol dan propilenglikol. Konsentasi lilin putih pada formulasi a lebih banyak 5%, dan konsentrasi adeps lanae pada formula a lebih sedikit 5%, untuk cetyl alkohol pada formula a lebih sedikit 2% dibandingkan formula b. Dengan formula ini seharusnya hasil sediaan dari formula a mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari formula b, namun ternyata formula a hasilnya lebih encer dari formula b, sedangkan formula b mempunyai viskositas dan homogenitas yang baik, dan mempunyai kesan lembut.
Hal-hal yang menyebabkan terhadinya sediaan yang encer ini antara lain, panas yang digunakan kurang maksimal sehingga sediaan menjadi encer dan faktor pengadukan juga sangat mempengaruhi.


BAB VI
KESIMPULAN

1. Sampo merupakan salah satu sediaan hair care yang umum digunakan. Bentuk fisik sampo ada beberapa macam antara lain, cream, liquid dan pasta.
2. Formulasi sampo yang paling mendasar adalah penggunaan surfactan seperti Na lauril sulfat, dan jika terdiri dari 2 fasa sangat diperlukan adanya zat pengemulsi.
3. Pembuatan sampo harus sangat diperhatikan penggunaan suhu saat pencampuran dan lamanya pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi dan homogenitas yang baik.
4. Evaluasi yang dapat dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain: viskositas, pH, homogenitas, bobot jenis, uji mikrobiologi, daya bersih, pembentukan busa dan karakteristik produk.


DAFTAR PUSTAKA





Anonim. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta : Depkes RI

Anonym. 1979. Farmakope Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI

Wade, Ainkey, Paul, J.Walker.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second Edition. London: Pharmaceutical Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar