BAB I
DASAR TEORI
Dasar teori
Antiperspirant adalah sediaan kosmetika yang digunakan
untuk maksud mempersempit pori sehingga mengurangi keluarnya keringat. Deodorant adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
menyerap keringat dan mengurangi bau badan.
Meningkatnya penggunaan antiperspirant dan deodorant
disebabkan pergaulan modern, sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau
menghilangkan bau badan, yang disebabkan perubahan kimia keringat oleh bakteri.
Perkembangannya tidak disangsikan lagi setelah disajikan bentuk deodorant
aerosol, yang penggunaannya mudah cepat mengering dikulit.
Deodorant dan antiperspirant merupakan sediaan kosmetik
yang bertujuan untuk menghilangkan bau badan dan mengurangi keringat. Pada
hasil riset, setiap hari orang akann mengeluarkan air sebanyak 650-750 cc
melalui transpirasi kulit. Air yang keluar melalui kulit ini akan menguap dan
meninggalkan sisa-sisa lemak dikulit
sehingga mudah sekali bakteri berkembang biak dan mengeluarkan aroma yang tidak
sedap. Oleh karena itu dalam membuat deodorant harus memenuhi syarat sebagai
barikut :
·
Dapat menghilangkan bau
badan walaupun sifatnya sementara
·
Tidak merangsang kulit
atau tidak iritasi pada kulit
·
Dapat membunuh atau
mengrangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan
·
Tidak beracun
Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat berupa :
·
Pewangi atau parfum
·
Pembunuh mikroba :
berupa antiseptic seperti heksaklofofen, triklosan, sirih atau berupa
antibiotic topical seperti neomisin
·
Eliminasi bau: senyawa
yang dapat mengikat, menyerap atau merusak struktur bahan kimia bau menjadi
struktur yang tidak bau, misalnya risinoleat
Bahan aktif yang digunakan dalam antiperspirant dapat berupa :
penyumbat saluran keringat, penekan produksi keringat seperti senyawa
aluminium.
KELENJAR KERINGAT DAN FUNGSINYA
Kelenjar Sekresi
Kelenjar yang menghasilkan keringat adalah kelenjar
apokrin dan ekrin, keduanya mempunyai beberapa perbedaan:
1.
Kelenjar ekrin adalah kelenjar
tubular, yang mempunyai saluran sekresi yang langsung ke permukaan kulit.
Kelenjar apokrin strukturnya mirip
dengan kelenjar ekrin tetapi ukurannya lebih besar dan pembuluh sekresinya
berakhir pada folikel rambut.
2.
Jumlah dan distribusi kedua
kelenjar tersebut juga berada. Kelenjar ekrin praktis terdapat hamper diseluruh
permukaan kulit kecuali bibir dan alat genital. Diperkirakan jumlahnya lebih
dari dua juta kelenjar terutama pada kulit telapak tangan, kaki dan kepala.
Kelenjar apokrin terdapat di ketiak, sekitar puting sus, daerah anal dan
genital. Perbedaan lain kedua kelenjar ini meliputi fungsi, jumlah dan susunan
kimia sekresinya.
3.
Kelenjar ekrin sudah ada sejak
lahir, berfungsi mengatur suhu tubuh. Jika suhu kamar naik, keringat akan
keluar,suhu badan akan kembali normal akibat penguapan keringat tersebut. Pada
orang sehat kejadian ini berlangsung secara otomatis. Kelenjar ekrin berfungsi
melengkapi ginjal.
Kelenjar apokrin dianggap mempunyai sifat seksual sekunder.
Meskipun telah ada sejak lahir, tapi perkembang lambat padaa masa anak-anak,
mulai berfungsi setelah meningkat remaja. Perkeembangannya lebih cepat wanita
daripada pria, danaktifitasnya mencapai puncak jika kehidupan seks telah
matang, kemudian menurun setelah menopause (putus haid).
4.
Kelenjar ekrin dianggap
berperan kontinyu, sedangkan kelenjar apokrin makin lama perannya makin lambat.
Bau badan dan pengontrolannya
Bau keringat tidak
hanya berbeda dalam perbedaan individu, juga berbeda pada beberapa daerah
permukaan kulit pada individu yang sama. Bau keringat yang lebih nyata terutama
di daerah ketiak dan bagian genetalia disbanding dngan daerah kulit yang lain,
karena ditempat tersebut kelenjar apokrin.
Keringat apokrin
mengandung sejumlah besar lipid yang dapat menghasilkan baud an bahan
proteinseus yangmencapai permukaan kulit dan dirusak oleh bakteri. Hasil
peruraian ini yang menyebabkan bau ketak atau bau badan yang tidak enak.
Bakteri dan jamur akan berperan pada pH sekresi apokrin yang netral atau agak
alkali.
Killian dan
Panzarella menunjukkan bahwa bakteri merupakan
unsure penting dalam menghasilkan bau keringat, bakteri tidak dapat berkembang
dalam sedimen keringat yang steril dan tidak larut.
Jika untuk
mengilangkan bau badan dengn penggunaan air dan sabun kurang efektif, dapat
dicoba cara lain. Bau badan tersebt dapat dikurangi atau ditekan dengn
menggunakan sediaan topical yang mengandung antiseptikum dengan kadar tertentu
yangdioleskan pada bagian tertentu, sehungga jasad renik penyebab dapat
dimatikan, pertumbuhan dan aktivitas biologinya. Jika penggunaan antiseptikum
belum juga dapat menghilangkan bau trsebut, dapat dicoba dengan menggunakan
antibakteri.
Penggunaan
germisida, misalnya heksaklorofen dalam sabun deodorant, agar meninggalkan bau
sedap diperlukan parfum kadar tinggi. Untuk mengontrol bau badan ditempuh dua
jalan berikut :
1.
Penggunaan sediaan
topical yang mengandung antiseptikum yang cocok, untuk mencegah peruraian
keringat oleh bakteri misalnya dengan menggunakan deodorant.
2.
Penggunaan sediaan
topical yang mengandung adstringen yang cocokuntuk mengurangi keluarnya
keringat, misalnya dengan menggunakan antiperspirant.
sekarang telah diformulasikan
sediaan yang merupakan gabungan antara deodorant dengan
antiperspirant.
Penggunaan
senyawa antibakteri dalam deodorant
Senyawa antibakteri yang saat
inibanyak digunakan dalam deodorant adalah heksaklorofen. Bitionol dan bisfenol
sudah tidak digunakan lagi karena dapat menyebabkan fotosensitasi. Penggunaan
heksaklorofen dalam sediaan deodorant jarangmenyebabkan iritasi kulit, tetapi
mempunyai aktivitas terhadap bakteri klora, walaupun lukit tersebut sudah
dicuci. Bisfenol dapat mencegah penggandaan baktei baru pada kulit. Penggunaan
secara teratur sabun obat yang mengandung heksaklorofen akan mengurangi bakteri
flora selama 18-24 jam tetapi penggunaan heksaklorofen sudah berkurang. Senyawa
lain yang sering digunakan dalam deodorant adalah tetrametil tiurandisulfide
(TMTD). Menurut pendapat Vinson lebih baik daripada heksaklorofen dan bitionol
dalam mengurangi bakteri flora pada kulit. Keburukan sediaan yang mengandung
TMTD pada penyimpanan menjadi berbau, karena terjadi peruraian pada TMTD.
Antibiotikum, misalnya neomisin,
mempunyai daya penetrasi yang baik, dan tidak mengiritasi kulit, sering
digunkan pada deodorant.
Mekanisme
kerja antiperspirant
Penggunaan
sediaan topical yang cocok untuk mengurangi keluarnya keringat berdasarkan
pengurangan jumlah keringat, perubahan serangan bakteri sehingga bau badan
dapatdicegah. Penggunaan garam aluminium saja dapat dianggap mempunyai efek
antibakteri karena menghasilkan pH asam dari proses hidrolisis. Kulit dengan pH
asam dianggap merupakan pertahanan natural terhadap infeksi bakteri dan jamur.
Sediaan antiperspiran harus berdasarkan hidrolisa garam logam, karena mempunyai
efekmenghambat bakteri kulit. Pengamatan terhadap efek aluminium sulfat,
aluminium klorhidroksida, dan dapar aluminium klorida dengan urea 5%, ternyata
mempunyai efek bakterisida dan bakteriostatik yang sangat kuat. Efek deodorant
garam aluminium terjadi dengan dua cara :
1.
Aktivitas hambat
bakteri yang disebabkan pH yang relative rendah.
2.
Netralisasi bau dengan
kombinasi kimia.
Penggunaan
aluminium klorida atau krim topical yang mengandung aluminium klorida dan
surfaktan dapat mengurangi keluarnya keringat dan bau ketiak. Antiperspirant
yang mengandung garam aluminium mempunyai aktivitas tidak langsung pada
kelenjar keringat, atau memblokade pori dengan koagulasi protein oleh ion
polivalen sehingga mengurangi keluarnya keringat. Disamping itu antiperspirant
dapat menyebabkan reaksi inflamasi disekitar lapisan pembuluh dan lubang
keringat dan adanya kontraksi dapat mengurangi keluarnya kringat ke permukaan
kulit.
Garm
aluminium dapat mengakibatkan keratinisasi abnormal sehingga terjadi blockade
pada muara kelenjar keringat sehingga aliran keringat terhambat. Aktivitas
antiperspirant diuji berdasarkan histology dengan menggunakan garam aliminium,
AlCl3, ternyata dapat mengubah pembuluh epidermal sehingga menyebabkan sebagian
besar keringat tertumpah ke sekitar jaringan. Aluminium klorida dapat
menyebabkan anindrosis dengn mengubah permeabilitas atau fungsi resobsi
pembuluh ekrin bagian epidermal. Aktivitas garam aluminium dalam antiperspirant
belum seluruhnya jelas, adstringen garam alumiuim mempunyai efek
antiperspirant, jika digunakan dalam kadar cukup tinggi misalnya tidak kurang
dari 15%.
Ø Zat
tambahan
1.
Alcohol
·
Nama lain : ethanol 96%, ethil alcohol
·
Berat molekul : 46,07
·
Rumus empiris: C2H6O
·
Fungsi : antimikroba (≥10%)
·
Kelarutan : tidak larut dengan kloroform,
ether,glyserin, dan air
·
OTT : alkali, garam organik
2.
Lilin putih
·
Nama lain : cera alba
·
Fungsi : emulgator
·
Pemerian : tidak berasa, berwarna putih atau
berwarna kekunung-kuningan
·
Kelarutan : larut dalam kloroform,ether, campuran
minyak, minyak yang mudah menguap,sukar larut dalam erhanol95%, praktis tidak
larut dalam air
·
OTT : zat pengoksidasi
3.
Nipagin
·
Nama lain : metil paraben
·
Rumus empiris: C8H8O3
·
Berat molekul : 152,15
·
Fungsi :
anti mikroba (0,02-0,3%)
·
Pemerian : berbentik Kristal tidak berwarna atau
Kristal putih
·
Kelarutan : air 1:400,1:50 pada 500C,
ethanol 1:2
·
OTT : surfaktan nonionic, logam,
talk, tragakan,dan lain-lain
4.
Propilenglikol
·
Nama lain : metal etilen glikol
·
Rumus molekul: C3H8O2
·
Berat molekul : 76,09
·
Fungsi : solvent atau cosolvent (5-80%)
·
Pemerian : jernih, tidak berwarna, kental
·
Kelarutan : tidak larut dalam aseton,
kloroform,etanol95%,
·
OTT : pereaksi pengoksidasi seperti
potassium permanganate
5.
Sodium lauryl sulfate
·
Sinonim : Natrii lauryl sulphate
·
Rumus molekul: C12
H25 NaO 4
·
Berat molekul : 288.38
·
Pemerian : serbuk putih, atau cream sampai
Kristal kuning
·
Fungsi : surfaktan anionic,
emulsifying agent (0.5-2,5%), detergen pada shampoo (≈10%)
·
pH : 7.0-9,5
·
kelarutan : sangat larut dalam air, praktis tidak
larut dalam eter dan kloroforom
·
OTT : garam alkaloid, dan mengendap
dengan garam potassium.
6.
Boraks
·
Sinonim :
natrii tetraboraks
·
Rumus molekul: Na2B4O7.10H2O
·
Berat molekul : 381,37
·
Pemerian : hablur transparent tidak berwarna
atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan basa. Dalam udara kering
merapuh.
·
Kelarutan : larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6
bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P, praktis tidak
larut dalam ethanol (95%)P
·
Fungsi : antiseptikum eksternal
7.
Aluminium kalium sulfat
·
Sinonim : tawas
·
Rumus molekul: Kal
(SO4)2.12H2O
·
Berat molekul : 474,39
·
Pemerian : masa hablur atau butiran hablur tidak
berwarna, transparan rasa manis dan sepat
·
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air mendidih,
mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam ethanol (95%)P, mudah larut
dalam glisrol P
·
Fungsi : adstringen
8.
Oleum ricini
·
Sinonim : minyak jarak
·
Pemerian : cairan kental, kuning pucat atau
hamper tidak berwarna, bau lemah, rasa manis kemudian agak pedas, umumnya
memualkan
·
Kelarutan : larut dalam 2,5 bagian etanol (90%)P,
mudah larut dalam etanol mutlak P dan dalam asam asetat glacial P
·
Bobot per ml : 0,953 sampai 0,964 g
·
Indeks bias : 1,477 sampai 1,481
·
Bilangan asam tidak
lebih dari 2,0
·
Bilangan asetil tidak
lebih dari 140 bilangan iodium 62 sampai 90
·
Bilangan penyabunan 177
sampai 187
BAB II
MATERI DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
1.
Alu
2.
Lumpang
3.
Beaker glass
4.
Gelas ukur
5.
Cawan porselen
6.
Waterbath
7.
Timbagan
8.
Spatula
Bahan
Alumunium klorida 12
gram
Alumunium sulfat 2
gram
Boraks 0,5
gram
Nipagin 0,225
gram
Parfum qs
Oleum ricini 3,75
gram
Na laurel sulfat 5
gram
Gliserin 2,5
gram
Air secukupnya
Formulasi
1.
Formulasi
deodorant cair (Formula 1, Kelompok 1 dan 2)
Alumunium klorida 9%
Alumunium sulfat 4%
Boraks 1%
Nipagin 0,25%
Parfum qs
Air ad 100%
2.
Formula larutan
deodorant (Formula 1, Kelompok 3 dan 4)
Alumunium kalium sulfat 20%
Propilenglikol 5%
Alkohol 1%
Germisida 0,2%
Parfum qs
Air ad 100%
3.
Formula lotion
antiperspirant (Formula 1, Kelompok 5 dan 6)
Alumunium klorida 10%
Toilet spirit (Etanol) 45%
Propilenglikol 2,5%
Nipagin 0,01%
Parfum qs
Air ad 100%
4.
Formula cream
deodorant (Formula 2, Kelompok 1,2,3,4,5, dan 6)
Oleum ricini 7,5%
Na laurel sulfat 10%
Gliserin 5%
Alumunium klorida 15%
Nipagin 0,2%
Parfum qs
Air ad 100%
·
Untuk kelompok 4,5, dan
6, ditambahkan Lilin Putih 1%.
·
Sediaan dibuat dalam
volume 50 ml.
Cara Pembuatan
Formula 1 ( formula deodorant
cair )
1.
Disiapkan alat dan timbang
bahan yang akan digunakan.
2.
Alumunium klorida dan alumunium
sulfat dilarutkan dengan air secukupnya.
3.
Setelah dilarutkan, ditambahkan
boraks dan nipagin dan diaduk hingga homogen.
4.
Lalu, ditambahkan sisa air,
parfum dan diaduk sampai homogen.
5.
Dimasukkan kedalam wadah dan
diberi tanda/label.
Formula 2 ( formula cream
deodorant )
1.
Disiapkan alat dan ditimbang
bahan yang akan digunakan.
2.
Oleum ricini dipanaskan pada
waterbath dengan suhu 70ºC ( fase minyak ).
3.
Untuk fase air, Na lauril
sulfat, gliserin dan nipagin dipanaskan diatas waterbath dengan suhu 70ºC.
4.
Lalu, fase air dilebur bersama
fase minyak didalam lumpang yang telah dipanaskan.
5.
Setelah menjadi basis,
alumunium klorida dimasukkan kedalam basis ( sebelumnya AlCl3 digerus
agar halus ).
6.
Setelah dicampur, ditunggu
hingga suhu basis turun menjadi 35ºC lalu ditambahkan parfum.
7.
Dimasukkan kedalam wadah dan
diberi label/etiket.
BAB III
DATA PENGAMATAN
Tabel pengamatan sediaan Deodorant dan Antiperspirant
Organoleptis
|
Kelompok 1
|
Kelompok 2
|
Kelompok 3
|
|||
Formula 1
|
Formula 2
|
Formula 1
|
Formula 2
|
Formula 1
|
Formula 2
|
|
Warna
|
Bening
|
Putih Susu
|
Bening
|
Putih Susu
|
ungu
|
Putih susu
|
Bau
|
Harum
|
Harum
|
Harum
|
Harum
|
Harum
|
Harum
|
Homogenitas
|
Kurang Homogen
|
Kurang Homogen
|
Homogen
|
Homogen
|
Homogen
|
Homogen
|
pH
|
3
|
2
|
3
|
2
|
3
|
3
|
Viskositas
|
Cair
|
Encer
|
Cair
|
Encer
|
Cair
|
Encer
|
Kestabilan setelah penyimpanan
|
Stabil
|
Terjadi pemisahan menjadi 2 lapisan (creaming)
|
Stabil
|
Terjadi pemisahan menjadi 2 lapisan (creaming)
|
Timbul endapan yang membatu
|
Terjadi pemisahan menjadi 2 lapisan (creaming)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar